RIS: Sejarah Republik Indonesia Serikat dan Pelajaran Berharga bagi Persatuan Bangsa

Table of Contents
Gambar:Pixabay.com


Pendahuluan

Sejarah Indonesia pascakemerdekaan tak lepas dari dinamika politik antara Republik Indonesia dengan Belanda. Salah satu babak penting dalam perjalanan tersebut adalah lahirnya Republik Indonesia Serikat (RIS) pada tahun 1949. Meski hanya bertahan kurang dari setahun, RIS menyimpan banyak pelajaran penting tentang bahaya disintegrasi, strategi pecah belah kolonial, serta kekuatan semangat persatuan bangsa Indonesia.

Latar Belakang Munculnya RIS

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, Belanda berupaya kembali menjajah Indonesia dengan melakukan agresi militer. Namun, perlawanan rakyat Indonesia yang kuat dan tekanan internasional, terutama dari PBB dan Amerika Serikat, memaksa Belanda untuk berunding.

Melalui Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag tahun 1949, Belanda akhirnya sepakat untuk menyerahkan kedaulatan kepada Republik Indonesia Serikat, bukan kepada Republik Indonesia yang diproklamasikan 1945. Ini merupakan kompromi politik yang dimanfaatkan Belanda untuk memecah belah kekuatan RI dan mempertahankan pengaruhnya.

Apa Itu Republik Indonesia Serikat?

RIS adalah bentuk negara federal yang terdiri dari 16 negara bagian dan daerah otonom. Negara-negara ini sebagian besar merupakan bentukan Belanda melalui kebijakan "politik devide et impera" atau pecah belah.

Berikut adalah beberapa negara bagian dalam RIS:

  1. Republik Indonesia (hanya mencakup Yogyakarta dan sebagian Sumatra)

  2. Negara Indonesia Timur (Sulawesi, Maluku, NTT)

  3. Negara Sumatra Timur

  4. Negara Sumatra Selatan

  5. Negara Jawa Timur

  6. Negara Pasundan (Jawa Barat)

  7. Negara Madura

  8. Dayak Besar (Kalimantan Tengah)

  9. Kalimantan Tenggara

  10. Kalimantan Barat

  11. Kalimantan Timur

  12. Riau

  13. Bangka

  14. Belitung

  15. Great East (bagian Indonesia Timur yang belum diformalkan)

  16. Daerah federal lainnya yang bersifat administratif sementara

Sebagian besar negara ini dibentuk tanpa persetujuan rakyat, dan banyak di antaranya dipimpin oleh tokoh lokal yang disokong Belanda.

Strategi Belanda di Balik Pembentukan RIS

Belanda menggunakan RIS sebagai cara licik untuk mempertahankan pengaruh kolonial. Tujuan utamanya:

  • Melemahkan posisi Republik Indonesia dengan membuatnya hanya satu dari banyak negara bagian.

  • Membentuk negara-negara boneka yang bergantung pada bantuan ekonomi dan militer Belanda.

  • Menghindari kecaman dunia internasional, seolah-olah Belanda sudah menyerahkan kedaulatan, padahal kontrol masih mereka pegang melalui negara-negara bagian tersebut.

Mengapa RIS Gagal?

RIS dibentuk bukan karena kehendak rakyat, melainkan karena rekayasa politik kolonial. Akibatnya, hampir seluruh wilayah Indonesia menunjukkan penolakan terhadap sistem federal. Tokoh-tokoh nasionalis dan rakyat di berbagai daerah secara aktif mendesak agar negara bagian mereka melebur kembali ke dalam Republik Indonesia.

Dalam waktu singkat, satu per satu negara bagian membubarkan diri dan menyatakan bergabung dengan Republik Indonesia:

  • Januari 1950: Negara Jawa Timur dibubarkan

  • Februari 1950: Negara Sumatra Timur dan Negara Sumatra Selatan melebur ke RI

  • Maret 1950: Negara Pasundan dan Negara Madura dibubarkan

  • Juli 1950: Negara Indonesia Timur setuju bergabung

Akhirnya, pada 17 Agustus 1950, tepat 5 tahun setelah proklamasi kemerdekaan, Republik Indonesia Serikat resmi dibubarkan, dan Indonesia kembali menjadi negara kesatuan dengan nama Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Pelajaran Penting dari Sejarah RIS

1. Bahaya Disintegrasi Bangsa

Pengalaman RIS menunjukkan betapa mudahnya bangsa ini dipecah belah oleh kekuatan luar jika rakyat dan elit politik tidak bersatu. Pemisahan administratif tanpa kehendak rakyat bisa memicu konflik, kekacauan, dan ketidakstabilan nasional.

2. Pentingnya Kesadaran Nasional

Meskipun berbagai daerah memiliki budaya, bahasa, dan identitas yang berbeda, rakyat Indonesia saat itu memilih bersatu dalam satu kesatuan negara. Kesadaran bahwa kemerdekaan dicapai bersama menjadi fondasi kuat persatuan.

3. Kecerdasan Politik Para Tokoh Nasional

Tokoh-tokoh seperti Mohammad Hatta, Soekarno, Sultan Sjahrir, dan para pejuang di daerah dengan cerdas memahami strategi kolonial dan mampu menggagalkan skenario pemecahan Belanda melalui diplomasi dan tekanan politik.

4. Trauma terhadap Sistem Federal

Sejak RIS, sistem federalisme menjadi momok bagi Indonesia karena dianggap berpotensi membangkitkan semangat separatis. Inilah sebabnya hingga kini Indonesia tetap menganut negara kesatuan, meski tetap memberikan otonomi luas kepada daerah.

Penutup

RIS adalah bagian penting dari sejarah Indonesia yang menunjukkan betapa rapuhnya persatuan jika dimanfaatkan oleh pihak asing. Namun sekaligus, RIS juga menjadi bukti kekuatan tekad rakyat Indonesia untuk bersatu dalam satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa.

Hari ini, dengan beragam tantangan global dan isu otonomi daerah, pelajaran dari RIS tetap relevan: persatuan Indonesia adalah kekuatan utama, dan tidak boleh dikorbankan untuk kepentingan politik jangka pendek.

Posting Komentar